Kisah Entrepreneur Menuju Kursi Birokrasi - Dari Loper Koran hingga Wakil Gubernur
Tuesday, March 15, 2011
JAKARTA,RIMANEWS --- Di dalam sebuah bus agak reyot di suatu siang panas pertengahan tahun 1991, perempuan belia Rustriningsih bertanya-tanya, mengapa ia tidak diterima menjadi anggota pegawai negeri sipil. Ia ingin jadi dosen di Universitas Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Dari tempat itu ia memperoleh gelar sarjana Jurusan Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beberapa bulan sebelumnya.
Anak kedelapan dari sepuluh bersaudara pasangan Sukamto-Sumarsih itu bukan hanya resah soal ditolak jadi PNS. ”Saat itu di dalam bus antara Purwokerto-Gombong saya juga memikirkan ayah saya sedang sakit keras,” ujarnya.Turun dari bus di pertigaan Wonokriyo, Gombong, tidak jauh dari sekolah dasar tempat ia belajar tahun 1970-an, ia melihat seorang anak kecil dekil sedang menjajakan koran. ”Anak kecil itu memberi inspirasi saya untuk jadi loper koran dan melupakan jadi PNS,” ujarnya, Rabu (12/1) di rumah dinasnya sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah (Wagub Jateng) di Semarang.
Pada awal tahun 1990-an itu ia jadi loper koran dan kemudian dengan kerja keras, sampai hanya tidur dua jam pada malam hari, hingga menjadi agen berbagai majalah dan koran. Bersama saudara-saudaranya, Rustriningsih mendirikan toko makanan. ”Tiap malam saya membuat 2.000 buah resoles dan makanan lainnya sambil mengepak-ngepak koran dan majalah untuk dibagi-bagikan ke loper koran,” ujarnya.”Untuk mengoordinasi para loper itu perlu seni tersendiri. Sering loper yang pandai menjual koran justru lari membawa hasil penjualan, sedangkan yang tidak lari justru tidak pandai jualan,” ujarnya.
Ia sendiri, ketika jadi loper koran, paling takut bila harus membawa koran ke langganan yang rumahnya dekat kuburan. ”Masih subuh saya harus naik sepeda mengantar koran,” kata istri Soni Achmad Saleh Ashari Noorjatno ini.
Masuk PDI
Ketika dalam puncak sukses jadi agen koran, Rustriningsih masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang kemudian muncul kelompok pembangkang yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Rustriningsih memilih masuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di bawah Megawati. ”Tiap hari rumah saya dijaga para intel militer dan polisi di masa Orde Baru. Akan tetapi, mereka bisa berkawan dengan keluarga kami karena bisa baca koran tiap malam,” cerita Rustriningsih.
Ia membesarkan PDI-P di wilayah Kebumen dan sekitarnya. Sampailah ia ke kursi Bupati Kebumen dua periode (2000-2008). Tokoh PDI-P yang sangat populer itu kemudian jadi Wagub Jateng (sejak Agustus 2008). Nama Rustriningsih yang membuat PDI-P bisa mengalahkan Partai Demokrat di Jateng.
Dalam PDI-P kini ia tersingkir. Sejumlah partai lain dan organisasi masyarakat Nasional Demokrat menawarkan posisi tertentu. Ia belum menerima.
Di posisi wagub, ia berada di tengah belantara birokrasi. ”Birokrasi kita masih butuh reformasi besar-besaran,” ujar Rustriningsih.
Sumber:http://www.rimanews.com
Anak kedelapan dari sepuluh bersaudara pasangan Sukamto-Sumarsih itu bukan hanya resah soal ditolak jadi PNS. ”Saat itu di dalam bus antara Purwokerto-Gombong saya juga memikirkan ayah saya sedang sakit keras,” ujarnya.Turun dari bus di pertigaan Wonokriyo, Gombong, tidak jauh dari sekolah dasar tempat ia belajar tahun 1970-an, ia melihat seorang anak kecil dekil sedang menjajakan koran. ”Anak kecil itu memberi inspirasi saya untuk jadi loper koran dan melupakan jadi PNS,” ujarnya, Rabu (12/1) di rumah dinasnya sebagai Wakil Gubernur Jawa Tengah (Wagub Jateng) di Semarang.
Pada awal tahun 1990-an itu ia jadi loper koran dan kemudian dengan kerja keras, sampai hanya tidur dua jam pada malam hari, hingga menjadi agen berbagai majalah dan koran. Bersama saudara-saudaranya, Rustriningsih mendirikan toko makanan. ”Tiap malam saya membuat 2.000 buah resoles dan makanan lainnya sambil mengepak-ngepak koran dan majalah untuk dibagi-bagikan ke loper koran,” ujarnya.”Untuk mengoordinasi para loper itu perlu seni tersendiri. Sering loper yang pandai menjual koran justru lari membawa hasil penjualan, sedangkan yang tidak lari justru tidak pandai jualan,” ujarnya.
Ia sendiri, ketika jadi loper koran, paling takut bila harus membawa koran ke langganan yang rumahnya dekat kuburan. ”Masih subuh saya harus naik sepeda mengantar koran,” kata istri Soni Achmad Saleh Ashari Noorjatno ini.
Masuk PDI
Ketika dalam puncak sukses jadi agen koran, Rustriningsih masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang kemudian muncul kelompok pembangkang yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Rustriningsih memilih masuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) di bawah Megawati. ”Tiap hari rumah saya dijaga para intel militer dan polisi di masa Orde Baru. Akan tetapi, mereka bisa berkawan dengan keluarga kami karena bisa baca koran tiap malam,” cerita Rustriningsih.
Ia membesarkan PDI-P di wilayah Kebumen dan sekitarnya. Sampailah ia ke kursi Bupati Kebumen dua periode (2000-2008). Tokoh PDI-P yang sangat populer itu kemudian jadi Wagub Jateng (sejak Agustus 2008). Nama Rustriningsih yang membuat PDI-P bisa mengalahkan Partai Demokrat di Jateng.
Dalam PDI-P kini ia tersingkir. Sejumlah partai lain dan organisasi masyarakat Nasional Demokrat menawarkan posisi tertentu. Ia belum menerima.
Di posisi wagub, ia berada di tengah belantara birokrasi. ”Birokrasi kita masih butuh reformasi besar-besaran,” ujar Rustriningsih.
Sumber:http://www.rimanews.com
0 comments:
Post a Comment